Kutacane, Waspada24.com – Ambruknya oprit Jembatan Natam di Kecamatan Darul Hasanah, Kabupaten Aceh Tenggara, berdampak serius terhadap aktivitas perekonomian masyarakat setempat. Warga kini harus menempuh jalur alternatif yang lebih jauh, sehingga biaya transportasi meningkat, harga kebutuhan pokok melonjak, dan nilai jual hasil pertanian menurun tajam.
Oprit jembatan tersebut dilaporkan ambruk beberapa bulan lalu akibat banjir besar yang melanda wilayah itu pada akhir tahun 2024. Hingga kini, belum ada perbaikan dari pihak pemerintah daerah, sehingga akses utama warga menuju pusat kota Kutacane menjadi terganggu.
Imum Mukim Kotan, Muhammad Bahri, mengungkapkan bahwa ambruknya oprit jembatan itu telah menyebabkan lonjakan harga kebutuhan pokok di Kecamatan Darul Hasanah.
“Semenjak oprit jembatan Natam ambruk, harga bahan pokok melonjak. Gas Elpiji misalnya, sebelumnya Rp25.000 per tabung, kini naik menjadi Rp30.000 hingga Rp35.000. Ini sangat memberatkan masyarakat,” ujar Bahri kepada Waspada24.com, Sabtu (24/05/2025).
Selain itu, harga jual hasil pertanian warga pun mengalami penurunan. Salah seorang warga, Hendri, yang berdomisili di Dusun Trt Kute, mengatakan bahwa harga buah-buahan seperti alpukat, mangga, dan kweni menurun drastis.
“Dulu, harga buah bisa mencapai Rp5.000 per kilogram. Sekarang hanya laku Rp4.000. Itu pun sulit terjual karena angkutan terbatas. Lewat jembatan darurat tidak bisa membawa muatan lebih dari satu ton,” jelas Hendri.
Ia juga menambahkan, sebelum oprit jembatan ambruk, masyarakat tak perlu repot menjual hasil kebun karena para pedagang (toke) biasanya datang langsung ke desa-desa untuk membeli. Kini, akibat rusaknya akses, para petani harus mencari cara sendiri untuk mengangkut hasil panen ke kota dengan biaya lebih tinggi dan waktu tempuh yang lebih lama.
“Sekarang kami harus putar arah melalui jalur alternatif seperti Jalan Mbarung yang jaraknya jauh lebih panjang. Itu sangat memberatkan warga, terutama petani kecil,” tambahnya.
Hendri bersama warga lainnya berharap agar Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara segera mengambil langkah konkret memperbaiki oprit jembatan Natam.
“Harapan seluruh masyarakat Kecamatan Darul Hasanah sangat besar. Sudah berbulan-bulan kami menunggu perbaikan, tapi belum ada perhatian dari pemerintah. Kami merasa seolah-olah ditelantarkan,” pungkas Hendri dengan nada kecewa.
Saat ini, masyarakat berharap agar pemerintah daerah tidak menutup mata terhadap kesulitan yang dialami warga akibat terputusnya jalur vital tersebut. Infrastruktur transportasi yang layak sangat penting untuk mendukung mobilitas dan perekonomian masyarakat di wilayah terpencil seperti Darul Hasanah. (M. Jeni)



































