Bitung, Sulut | Waspada24.com – semangat kebersamaan dan kepedulian sosial mengemuka kuat dalam menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80. Di Kota Bitung, nilai-nilai luhur tersebut diwujudkan dalam aksi nyata oleh salah satu tokohnya, Ibrahim Inaku Moputy. Selasa (19/08/25).
Lebih dikenal dengan sapaan akrab “K’a, IM”, Ibrahim bukan hanya Bendahara TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat) Pelabuhan Bitung, tetapi juga dikenal sebagai Ketua dan Panglima Macan Maesa Kota Bitung, sebuah posisi yang mencerminkan pengaruh dan dedikasinya bagi masyarakat.
Melalui keterangan persnya, Ibrahim menegaskan bahwa kehadiran Warung Serba Ada (Waserda) di lingkungan TKBM memiliki filosofi yang jauh lebih dalam daripada sekadar aktivitas ekonomi komersial.
Waserda diproyeksikan sebagai instrumen pemberdayaan.
“Waserda ini kami bentuk bukan semata-mata untuk mencari keuntungan, tetapi demi kesejahteraan anggota. Inilah tujuan utama,”
tegas Ibrahim dengan penuh wibawa.

Lebih lanjut dijelaskannya, bahwa keberadaan Waserda adalah strategi untuk menjamin keberlangsungan hidup para pekerja. Setiap rupiah yang berputar diharapkan dapat memberikan manfaat langsung bagi mereka yang menjadi tulang punggung operasional pelabuhan.
Komitmen Ibrahim terhadap isu sosial dan buruh telah lama menjadi perhatiannya.
Figurnya dikenal melampaui batas-batas struktural organisasi, selalu berada di garda terdepan dalam isu keamanan, pembangunan, dan advokasi ekonomi kerakyatan.
Perjuangannya tidak hanya berhenti di area pelabuhan. Ibrahim juga aktif memperjuangkan hak-hak pekerja di berbagai perusahaan yang beroperasi di wilayah Kota Bitung, menjadikannya sosok yang diperhitungkan dan dihormati.

Baginya, momentum kemerdekaan ke-80 tahun ini harus dimaknai sebagai refleksi atas kerja nyata.
Kemerdekaan bukanlah sekadar seremoni, tetapi bagaimana setiap elemen bangsa merasakan keadilan dan peningkatan taraf hidup.
Waserda, dalam skala kecil, hadir sebagai simbol dari semangat tersebut, sebuah bukti bahwa persatuan dan gotong royong dapat menjadi pondasi kokoh untuk membangun kesejahteraan kolektif.

Ibrahim menutup pernyataannya dengan pesan yang menggedor kesadaran,
“Kita semua harus berjuang bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk sesama. Inilah makna kemerdekaan yang sesungguhnya.”
Sebuah pernyataan yang menyimpulkan seluruh perjuangan dan pengabdiannya selama ini. (74M)



































