Bitung, Sulut|Waspada24.com
Keamanan pangan di Kota Bitung diperkuat melalui penyelenggaraan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dan Sosialisasi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS). Sabtu (18/10/25)
Program ini merupakan inisiatif strategis Badan Gizi Nasional yang berupaya memastikan standar higienitas dan keamanan makanan di tingkat komunitas, khususnya dalam mendukung Program Manguni Bergizi (MBG).
Kegiatan sosialisasi yang berfokus pada pemenuhan SLHS ini berlangsung di Gedung Kecamatan Girian Indah. Acara tersebut dihelat atas koordinasi SPPG Kelurahan Wangurer Barat, Kecamatan Madidir, dan menjadi arena pertemuan penting bagi berbagai stakeholder terkait yang memiliki peran dalam pemenuhan gizi masyarakat.
Perwakilan dari Dinas Kesehatan Kota Bitung dan Yayasan Manguni Aksi Delapan Lima, bersama puluhan relawan dapur gizi yang bertugas di Madidir, turut hadir.
Sosialisasi ini dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai urgensi, prosedur pengajuan, dan manfaat praktis dari kepemilikan SLHS sebagai penanda baku mutu higienitas dapur komunitas.
Rojers W. Pomantow, seorang Fungsional Sanitarian Madya dari Dinas Kesehatan Kota Bitung, menegaskan bahwa SLHS adalah prasyarat mutlak yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dan Badan Gizi Nasional.
Sertifikat ini diwajibkan bagi seluruh pihak yang terlibat dalam pengolahan makanan, termasuk para penjamah makanan dan pengelola dapur umum komunitas seperti Dapur Bergizi.

”Kami dari Dinas Kesehatan Kota Bitung melaksanakan sosialisasi SPPG sebagai bagian dari syarat mutlak untuk pemenuhan SLHS. Melalui sertifikat ini, setiap penjamah makanan wajib mengikuti pelatihan keamanan pangan dan higienitas sebelum mereka mulai berproduksi,”
ujar Pomantow, pada Jumat (17/10). menjelaskan aspek legalitas dan pelatihan wajib yang harus dipenuhi.
Lebih dari sekadar penyampaian materi, kegiatan ini juga mencakup serangkaian pemeriksaan teknis dan laboratorium. Pemeriksaan tersebut meliputi pengambilan sampel makanan dan sumber air, serta inspeksi menyeluruh terhadap sarana dapur dan sanitasi lingkungan, untuk memastikan semua tahapan produksi makanan berada dalam standar kesehatan yang ketat.
”Kami memastikan bahwa air yang digunakan sudah sesuai standar kesehatan, termasuk sarana dan prasarana dapur yang akan digunakan untuk pelayanan gizi di komunitas,”
tambahnya, menekankan aspek kelayakan infrastruktur dapur gizi yang akan beroperasi.
Dukungan operasional utama datang dari Yayasan Manguni Aksi Delapan Lima, motor penggerak Dapur Manguni Bergizi (MBG), yang berfokus pada penyaluran makanan bernutrisi bagi anak-anak sekolah di Madidir.
Sementara itu, perwakilan yayasan, Femmy Lumatauw, menyebutkan bahwa MBG telah diperkuat oleh lebih dari 50 relawan yang siap bertugas di Kelurahan Wangurer Barat.
”Ada sekitar 50 relawan yang terdiri dari kepala dapur atau kepala SPPG, ahli gizi, bagian akuntansi, dan relawan lainnya. Untuk saat ini, kami sudah menjangkau 17 titik sekolah di wilayah Madidir,”
ungkap Femmy, seraya menambahkan bahwa sekitar 3.000 calon penerima manfaat telah terdata, dengan prioritas awal untuk 1.000 anak di 17 sekolah yang telah selesai diverifikasi menjelang peresmian program pekan depan. (74M)



































