Penulis Abdan Syakura ( Founder Inisiator Muda Berkarya)
Menyambut bulan suci ramadhan adalah waktu yang dimana banyak dinantikan oleh umat Islam, karena pada bulan ini amal yang dilakukan mendapatkan banyak pahala dan keberkahan yang diberikan oleh Allah untuk seluruh umat Islam yang beriman.
Ramadan merupakan bulan suci yang dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia sebagai momentum untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Swt. Selama bulan ini, umat Muslim berpuasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari, yaitu menahan diri dari lapar dan dahaga, hubungan suami isteri, serta meninggalkan perbuatan yang dapat mengurangi kualitas nilai ibadah puasa itu sendiri, dalam konteks ini adalah meninggalkan perbuatan maksiat kepada Allah Swt.
Selain itu, Ramadan juga menjadi momen untuk meningkatkan ibadah seperti mendirikan salat malam, membaca Al-Qur’an, dan bersedekah dan berinfaq kepada yang membutuhkan. Dengan menjalankan ibadah-ibadah tersebut, diharapkan setiap muslim dapat mencapai derajat takwa yang lebih tinggi dan memperkuat hubungan mereka kepada Allah Swt.
Kemudian, sebagai muslim dalam menjalani ibadah di bulan Ramadan kerap kali mendapati hambatan atau terdistraksi dengan beberapa aktivitas yang menagburkan nilai penting dari bulan suci Ramadan, misalnya seperti gaya hidup konsumtif dan godaan teknologi sering menghambat upaya meningkatkan amalan ibadah Ramadan. Banyak individu lebih fokus pada aspek material, mengabaikan esensi spiritual Ramadan.
Kondisi ini menimbulkan keprihatinan akan menurunnya kualitas ibadah dan pemaknaan Ramadan sebagai sarana peningkatan kualitas diri. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran kolektif untuk kembali ke nilai-nilai dasar Ramadan, menjadikannya waktu refleksi dan perbaikan diri demi meraih derajat takwa yang sejati.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa esensi menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan adalah untuk mewujudkan pribadi muslim yang bertakwa: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).
Imam Ibnu Katsir menekankan bahwa kewajiban puasa ini menunjukkan pentingnya ibadah tersebut dalam mendekatkan diri kepada Allah. Sementara Buya Hamka menambahkan bahwa sapaan “Hai orang-orang yang beriman” menandakan bahwa hanya mereka yang memiliki iman yang mampu melaksanakan puasa dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.
Oleh karenya, dalam rangka upaya meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Swt pada momentum bulan Ramadan sehingga tidak membiarkannya berlalu tanpa makna. Perlu kiranya menumbuhkan kesadaran agar Ramadan kali ini lebih baik dari Ramadan sebelumnya, maka diperlukan beberapa langkah strategis.
Pertama, edukasi masyarakat melalui kajian dan ceramah yang menekankan esensi spiritual Ramadan, bukan sekadar ritual fisik melainkan juga ibadah spiritual. Kedua, implementasi program muraqabah (mawas diri) dan muhasabah (introspeksi diri) untuk mendorong individu mengevaluasi dan meningkatkan kualitas ibadah.
Ketiga, penyelenggaraan kegiatan sosial seperti berbagi dengan sesama, guna menumbuhkan empati dan kepedulian sosial. Keempat, optimalisasi penggunaan media digital untuk menyebarkan konten positif dan inspiratif terkait nilai-nilai Ramadan.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan masyarakat dapat menjadikan Ramadan sarana momentum transformasi diri menuju takwa yang hakiki.
Harapan kedepannya setelah menjalani bulan puasa ramadan ini dan sehabis bulan ini, semoga kita semua dapat mempertahankan dan lebih istiqamah dalam menjalankan amalan – amalan yang sudah di tentukan oleh Allah. Jangan hanya di bulan ramadhan saja, tetapi di bulan lain juga harus tetap konsisten dalam menjalankannya.
Karena puasa ini merupakan sarana untuk merubah diri menjadi lebih baik lagi dan mencotohkan sunah – sunah yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Semoga amalan yang kita lakukan di bulan yang berkah ini di ridhai oleh Allah SWT.